Awalnya saya mengira di Bandung itu semua anak anak usia sekolah semuanya bersekolah minimal sampai SMP dan SMA. Tapi dugaan saya itu tidak tepat setelah sekitar satu tahun yang lalu seorang teman menceritakan pengalaman mengajarnya di daerah "pedalaman" Bandung, dimana anak anak itu tidak mampu bersekolah. Walaupun di era sekarang sekolah sekolah itu gratis, tapi hal yang sangat memberatkan bagi mereka yang tinggal di pinggrian Kota Bandung untuk bersekolah ialah biaya untuk transport. Umumnya untuk menjangkau sekolah terdekat itu memerlukan ongkos sekitar Rp. 12.000 per hari (biasanya ojek). Itupun belum termasuk ongkos untuk jajan dan buku buku pelajaran yang biasanya harus mereka beli. Bisa dibayangkan ongkostransport saja bisa mencapai Rp. 300.000, sekali lagi belum termasuk biaya untuk membeli buku pelajaran atau jajan harian. Bagi keluarga yang penghasilanya cukup mungkin biaya tersebut masih terjangkau. Namun bagi beberapa keluarga di pinggiran kota Bandung Utara yang umumnya orang tua anak anak sekolah itu adalah petani perkebunan sayuran, teh dan bunga. Itupun kebanyakan dari petani petani itu bukan pemilik perkebunan, namun hanya sebagai buruh tani. Bisa dibayangkan betapa beratnya jika mereka harus mengeluarkan biayatransport minimal 300ribu per bulan untuk transport anak anak bersekolah belum termasuk jajan, buku, dan seragam dan keperluanan anak sekolah lainya.
Sekolah Laskar Pelangi,
Di akhir tahun 2008, Film laskar pelangi muncul dan film ini menjadi bahan yang banyak diperbincangkan. Mungkin di tengah kebosanan pada film film yang berbau mistik dan cerita cinta remaja, film laskar pelangi seperti angin sejuk muncul. Isinya sangat menyentuh namun di dalamnya ada kemasan humornya. Sehingga pesan moral dan sosial sampai kepada penonton film. Dalam cerita itu digambarkan sebuah sekolah yang hampir "sekarat" karena murid yang sedikit, bangunan yang sudah lapuk dan keterbatasan dana untuk operasional sekolahnya. Setiap muridnya yang hampir semuanya lahir dari kalangan keluarga kurang mampu harus berjuang keras sampai selesai masa belajar di sana, mulai hambatan dari sekolah sampai kondisi geografisnya.
Awalnya saya tidak menyangka kalau sekolah seperti itu sudah tidak ada lagi di Jawa Barat. Apalagi tidak terbayang masih ada di Bandung. Tapi dalam kenyataanya masih ada sekolah yang mirip dengan sekolah seperti dalam film laskar pelangi. Saya mengetahuinya setelah saya di kasih informasi tentang lowongan mengajar bahasa inggris di sekolah SMP Terbuka. Setelah saya bergbung dan melihat sekolah langsung tersebut saya jadi langsung berimajinasi dengan film Laskar Pelangi. Bukan karena kondisi fisik bangunanya, tapi kondisi kelas yang lesehan. Sangat sangat bersahaja … Pak Apep yang menjadi kepala sekolah tersebut menjelaskan sejarah, kondisi dan murid murid sekolah laskar pelangi itu. Waktu itu karena masih libur sekolah, saya belum bisa langsung mengajar di minggu tersebut. Saya menjadi penasaran ingin bertemu dengan murid murid yang bersekolah disana.
Setelah 2 minggu menunggu, akhirnya waktunya tiba untuk mengajar perdana saya. Saya naik ojek menuju ke sana dan memang seperti yang saya jelaskan, ongkos ke sana 6ribu untuk satu kali perjalanan.Dari obrolan denga para murid SMP Darul Huda. Umumnya mereka ingin sekolah tapi karena kondisi orang tua yang tidak mampu mebiayai ongkos perjalanan hingga mereka terpaksa harus putus sekolah sebelum akhirnya SMP Darul Huda hadir. SMP Darul Huda sendiri masih muda, baru berusia 2 tahunan. Dari obrolan terebut juga saya tahun kalau beberapa dari mereka harus menempuh perjalan yang sangat jauh. Ada salah satu murid harus melewati bukit untuk sampai di sekolah dengan berjalan kaki sekitar 4 KM-an. Jika beruntun bisa naik tumpangan dari mobil bak terbuka. Saya sendiri akhir akhir perjalanan menuju ke sekolah dengan berjalan kaki karena asyik juga bisa berolah raga jalan cepat ala pasukan marsose Belanda dijaman perang Atjeh..:D
Harapan saya semoga para murid SMP Darul Huda bisa terus bersemangat didalam segala keterbatasan. Semoga mereka sukses meraih cita cita yang mereka katakan. Menjadi guru bahasa inggris, guru matematika, pemain sepak bola, penyanyi, pemain band, dokter dan cita cita tinggi lainya. Lanjoetkan ! Harapan itu Selalu Ada.
websitenya :
http://www.sekolah-dhuafa.org
No Comments